Beranda | Artikel
Shalat, di antara Wasiat Terakhir Nabi shallallahu alaihi wa sallam
Senin, 16 November 2020

Akhir hidup Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat sahabat mendirikan salat berjamaah

Musibah paling besar yang menimpa umat ini adalah musibah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala memberikan nikmat kepada umat ini dengan mengutus beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang memberikan petunjuk jalan menuju surga dan menuntun umat ini menuju kemuliaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah imam (pemimpin) dalam semua kebaikan. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)

Dalam ungkapan tersebut, terdapat banyak nasihat dan pelajaran yang selayaknya untuk diperhatikan. Di antara yang paling penting adalah yang berkaitan dengan masalah salat dan kedudukannya dalam Islam.

Salat terakhir yang dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat adalah salat Zuhur pada hari Kamis. Setelah itu, sakit beliau bertambah parah dan selama tiga hari berikutnya beliau tidak mampu keluar rumah untuk salat berjamaah, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Yang menggantikan posisi beliau sebagai imam salat bagi kaum muslimin adalah sahabat Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu.

Di waktu fajar hari Senin, hari ketika beliau wafat, beliau membuka jendela kamarnya untuk melihat para sahabatnya dengan tatapan mata perpisahan. Betapa besarnya perpisahan yang terjadi pada hari itu. Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أَنَّ أَبَا بَكْرٍ كَانَ يُصَلِّي لَهُمْ فِي وَجَعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي تُوُفِّيَ فِيهِ، حَتَّى إِذَا كَانَ يَوْمُ الِاثْنَيْنِ وَهُمْ صُفُوفٌ فِي الصَّلاَةِ، فَكَشَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتْرَ الحُجْرَةِ يَنْظُرُ إِلَيْنَا وَهُوَ قَائِمٌ كَأَنَّ وَجْهَهُ وَرَقَةُ مُصْحَفٍ، ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ، فَهَمَمْنَا أَنْ نَفْتَتِنَ مِنَ الفَرَحِ بِرُؤْيَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَكَصَ أَبُو بَكْرٍ عَلَى عَقِبَيْهِ لِيَصِلَ الصَّفَّ، وَظَنَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَارِجٌ إِلَى الصَّلاَةِ «فَأَشَارَ إِلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتِمُّوا صَلاَتَكُمْ وَأَرْخَى السِّتْرَ فَتُوُفِّيَ مِنْ يَوْمِهِ

“Abu Bakar pernah mengimami mereka salat di saat sakitnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawanya pada kewafatannya. Hingga pada suatu hari, pada hari Senin, saat orang-orang sudah berada pada barisan (saf) salat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap tabir kamar dan memandang ke arah kami sambil berdiri, sementara wajah beliau pucat seperti kertas. Beliau tersenyum dan tertawa. Hampir saja kami terkena fitnah (keluar dari barisan) karena sangat gembiranya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar lalu berkeinginan untuk berbalik masuk ke dalam barisan saf karena menduga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan keluar untuk salat. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi isyarat kepada kami agar, “Teruskanlah salat kalian.” Setelah itu beliau menutup tabir dan wafat pada hari itu juga.” (HR. Bukhari no. 680 dan Muslim no. 419)

Baca Juga: Keutamaan dan Kewajiban Salat Berjamaah

Renungkanlah hal ini, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang para sahabatnya di masjid dengan tatapan mata perpisahan. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang para sahabatnya dengan pandangan yang menyejukkan dan menyenangkan hati karena melihat para sahabatnya sedang mendirikan salat. Memang, salat adalah qurrota a’yun (penyenang hati) di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala telah menjadikan akhir hidup beliau dengan melihat umatnya berkumpul di masjid di pagi hari mendirikan salat jamaah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum dengan penuh kebahagiaan melihat umatnya mendirikan salat jamaah, yang merupakan pemandangan yang menyejukkan dan menggembirakan hati beliau.

Salat, di antara wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Salat juga menjadi wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir kehidupannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “(Kerjakanlah) salat, (kerjakanlah) salat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian.” (HR. Ahmad no. 585, Abu Daud no. 5156, dan Ibnu Majah no. 2698. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4616)

Dalam riwayat yang lain, terdapat penegasan yang lebih lagi, sebagaimana teks hadis dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كَانَتْ عَامَّةُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، وَهُوَ يُغَرْغِرُ بِنَفْسِهِ: الصَّلَاةَ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ

“Wasiat umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafat, ketika beliau sakaratul maut yaitu, ‘Jagalah salat serta perhatikanlah hamba sahaya kalian.’” (HR. Ibnu Majah no. 2697, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 2178)

Demikian pula dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, salah seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengatakan,

كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ، حَتَّى جَعَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَجْلِجُهَا فِي صَدْرِهِ، وَمَا يَفِيصُ بِهَا لِسَانُهُ

“Sesungguhnya wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafat adalah, ‘Jagalah salat serta perhatikanlah hamba sahaya kalian.’” Beliau terus-menerus mengulang perkataan tersebut dan lisan beliau tidak berhenti.” (HR. Ahmad no. 26483, 26684 dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 7060. Sanadnya dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ 7: 238)

Hal ini, tanpa diragukan lagi menunjukkan tingginya kedudukan salat dalam Islam dan betapa besar perhatian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah salat. [1]

Baca Juga: Salat Sambil Membaca Mushaf Al-Qur’an

Ironisnya, banyak di tengah-tengah kaum muslimin yang menjadikan malam isra’ mi’raj sebagai malam perayaan, namun di saat yang sama mereka meninggalkan dan menyia-nyiakan salat jama’ah! Betapa banyak di antara kaum muslimin yang tidak melewatkan perayaan malam isra’ dan mi’raj ini, namun di saat yang sama mereka meremehkan salat? Lalu, di manakah sisi ittiba’ kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga menjadikan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan dalam salat?

Jangan tinggalkan salat

Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang salat dan bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا، وَبُرْهَانًا، وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

“Siapa saja yang menjaga ibadah salat, maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan siapa saja yang tidak menjaga ibadah salat, maka dia tidak akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat. Dan pada hari kiamat, dia akan dikumpulkan bersama dengan Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad no. 6576 dan Ibnu Hibban no. 1467. Syaikh Ibnu Baaz berkata dalam Majmu’ Fataawa (10: 278), “Sanadnya hasan.”)

Maksudnya, orang-orang yang meninggalkan salat dan tidak mau menjaga salat, mereka akan dikumpulkan bersama-sama dengan pembesar orang kafir. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari hal itu.

Dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ

“Sungguh, yang memisahkan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim no. 82)

Dari sahabat ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kita dan mereka adalah salat. Siapa saja yang meninggalkan salat, sungguh dia telah kafir.” (HR. Ahmad no. 22937, At-Tirmidzi no. 2621, An-Nasa’i no. 463, Ibnu Majah no. 1079. Dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 4143)

Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَاسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا، وَأَكَلَ ذَبِيحَتَنَا فَذَلِكَ المُسْلِمُ الَّذِي لَهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ، فَلاَ تُخْفِرُوا اللَّهَ فِي ذِمَّتِهِ

“Barangsiapa salat seperti salat kita, menghadap ke arah kiblat kita, dan memakan sembelihan kita, maka dia adalah seorang muslim. Dia memiliki perlindungan dari Allah dan rasul-Nya. Maka janganlah kalian mendurhakai Allah dengan mencederai perlindungan-Nya.” (HR. Bukhari no. 391)

Hadis-hadis tentang masalah ini sangatlah banyak.

Oleh karena itu, marilah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan menjaga dan melaksanakan wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. [2]

Baca Juga:

[Selesai]

***

@Rumah Kasongan, 21 Rabi’ul awwal 1442/ 7 November 2020

Penulis: M. Saifudin Hakim

 Artikel: Muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] Silakan dibaca kembali tulisan-tulisan sebelumnya yang membahas hal ini:

Keistimewaan Ibadah Shalat

[2] Disarikan dari kitab Ta’zhiim Ash-Shalaat hal. 17-22, karya Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr hafidzahullahu Ta’ala, cetakan pertama tahun 1434, penerbit Daar Al-Imam Muslim, Madinah KSA.


Artikel asli: https://muslim.or.id/59445-shalat-di-antara-wasiat-terakhir-nabi.html